LAPORAN PRAKTIKUM
PENANAMAN PADI
Oleh:
Golongan C/Kelompok 3
1. Moch. Revo
Zulfikar (171510501098)
2. Sofyan Sharif (171510501063)
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menanam
meruapakan salah satu cara untuk membudidayakan tanaman pertanian, baik itu
tanaman pangan, tanaman perkebunan maupun tanaman hortikultura. Menanam berarti
kegiatan menaruh sesuatu di media tanam yang dilubangi lalu ditimbuni dengan
tanah atau memendam, oleh karena itu kegiatan menanam tentunya membutuhkan
media tanam. Kegiatan menanam termasuk salah satu kegiatan pertanian pada tahap
budidaya (on-farm) yang pada umumnya
dilakukan setelah kegiatan pengolahan tanah. kegiatan menanam biasanya diawali
dengan pemindahan bibit dari tempat penyemaian ke lahan pertanaman untuk
mendapatkan hasil produksi yang lebih tinggi dari tanaman yang dibudidayakan.
Cara menenam dapat dilakukan dengan cara manual atau tangan kosong dan menanam
menggunakan alat seperti traktor atau alat-alat menanam lainnya tergantung pada
kemauman petani dan efesiensi kegiatan budidaya yang dilakukan oleh petani
serta tanaman yang akan ditanam. Tanaman yang memiliki jenis yang berbeda
memiliki cara atau tahapan yang berbeda pula dalam proses penanamannya.
Tanaman padi
memiliki nama lain Oryza sativa L.
merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan oleh kebanyakan masyarakat di
Indonesia, bahkan hampir seluruh wilayah Indonesia, masyarakatnya membutuhkan
padi sebagai bahan pangan pokok, oleh karena itu padi termasuk komoditas primer
yang wajib ada di indonesia. Padi merupakan komoditi pangan utama yang memilik
peran stategis (Lita dkk., 2013). Tanaman padi dibudidayakan untuk diambil
bulir padinya atau berasnya. Tanaman padi sangat mudah dibudidayakan pada
daerah-daerah hangat yang cukup terkena sinar matahari khususnya pada daerah di
sekitar garis ekuator (khatulistiwa). Tanaman padi pada umumnya ditanaman atau
dibudidayakan pada lahan sawah yang telah dibajak dan digenangi air, hanya saja
pada saat pembibitan tanamaan padi dilakukan pada lahan semai yang di luar area
sawah atau pembibitan pada area sawah. Perbaikan sistem budibdaya, diharapkan
mampu memecahkan masalah-masalah budidaya padi (Lita dkk., 2013).
Menurut Lita dkk
(2013) pertumbuhan dan hasil tanaman padi dipengaruhi oleh banyak faktor salah
satunya adalah sistem tanam. Cara menanam tanaman padi menggunakan sistem atau
pola tanam jarak tanam yang berbeda-beda. Sistem tanam tersebut dapat dibedakan
oleh pola jarak tanam yang akan digunakan, misalnya seperti sistem tanam
konvesional menggunakan pola jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm tanpada
adanya jeda satu baris kosong pada seluruh petak sawah, yang kedua adalah
sistem tanam jajar legowo yang menggunakan pola jarak tanam dengan rasio (2 : 1), (3 : 1), atau (4 : 1) dimana ada
jeda ruang 1 baris kosong untuk setiap 2, 3 atau 4 tanaman padi pada seluruh
petak sawah. Sistem tanam atau pola jarak tanam yang berbeda-beda tersebut
memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Sistem atau pola jarak
tanam jajar legowo memiliki beberapa
keuntunga yang lebih banyak dibandingan dengan sistem tanam konvensional,
seperti jarak atau jeda satu baris yang dikosongi tersebut dapat menjadi ruang
untuk memudahkan petani pada saat pengendalian hama maupun penyakit dan
penebaran pupuk, ruang atau jeda satu baris kosong tersebut juga dapat
memberingan ruang yang relatif terbuka sehingga kelembaban menjadi berkurang,
kelembaban yang berkurang akan mengurangi tingkat serangan jamur.
1.2 Tujuan
1.
Mengetahui cara menanam padi.
2.
Mengetahui berbagai macam sistem
penanaman padi.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Persiapan benih
dilakukan dengan cara benih direndam dengan air yang telah tercampur garam 20
gram per liter air. Benih yang terapung tidk digunakan, sedangkan yang
tenggelam diambil. Benih kemudian dibersihkan dengan air outih dari kadar
garam, setelah itu dilakukan perendaman selama 24 jam. Penanaman benih padi
dapat menggunakan sistem tanam jajar legowo tipe 2:1 dengan jarak tanam 25
cm 12,5 cm x 50 cm. Jumlah bibit yang
digunakan 1 bibit per lubang tanam dengan kedalaman 3 cm (Sugiono dan Saputro,
2016).
Pengolahan tanah
yang dilakukan sebelum dilakukan penanaman di lahan sawah yaitu salah satunya
dengan memperlakukan jerami padi hasil panen. Perbedaan perlakuan yang terjadi
pada jerami padi yaitu jerami yang dibenamkan kembali ke dalam tanah dan jerami
padi yang dibakar. Jerami padi yang dibakar akan menghasilkan emisi CO2
di udara, sedangkan jerami padi yang dibenamkan ke dalam tanah akan menjadi
pupuk bagi tanah (Fusi et al., 2014).
Lahan sawah memiliki air yang berlebih sehingga tanaman sering mengalami
penggenangan air. Cara yang dilakukan untuk mengatasi kelebihan air di lahan
sawah pada saat pengolahan tanah sebelum penanaman yaitu dilakukan sistem
irigasi berseling, yaitu pembagian air pada beberapa lahan sawah secara
bergantian tergantung dari umur tanamannya (Mitchell et al., 2013).
Bibit yang telah
berumur 3 minggu dipindahkan ke lahan sawah pada sistem konvensional.
Penggunaan umur pindah tanam antara 10-15 hari setelah sebar dapat memungkinkan
tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik dan memiliki jumlah anakan lebih
banyak. Pemindahan bibit padi ke lahan sawah umur 15 hari setelah semai
menyebabkan perakaran mampu beradaptasi dengan baik serta tanaman dapat lebih
cepat terhindar dari stress akibat pindah tanam (Ariyanto dkk., 2013). Pada
penanaman padi dengan sistem jajar legowo menghasilkan ruang terbuka 25-50%
sedangkan sistem konvensional tidak ada ruang terbuka. Penanaman dengan sistem
jajar legowo mendapatkan kondisi rumpun tanaman mendapatkan intensitas cahaya
matahari yang sama karena ada jarak pemisah antar baris tanaman (Sri, 2013).
Jarak
tanam tanaman padi menggunakan sistem jajar legowo 4:1 yakni 25-50 cm x 12,5 cm
memiliki jumlah anakan yang sedikit, namun pengaturan atau pengamatan hama dan
penyakit lebih terkendali. Jarak tanam yang lebih lebar dapat meningkatkan
penangkapan sinar matahari oleh tajuk tanaman. Peningkatan selanjutnya dapat
terjadi seperti peningkatan volume dan panjang akar total, bobot kering, serta
bobot gabah per rumpun (Ikhwani dkk., 2013). Jarak tanam jajar legowo dengan
menggunakan rasio 4 : 1 dapat memberikan peninngkatan produksifitas padi sawah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam lainnya dengan
luasan yang sama, oleh karenanya untuk mendapatkan produksi padi sawah (Oryza sativa L.) yang optimal dianjurkan
untuk menggunakan sistem tanam jajar legowo dengan pola jarak tanam 4 : 1
dengan persemaian benih terlebih dahulu (Satria dkk., 2017). Penanaman bibit
padi dengan sistem konvensional pada jarak tanam 20 cm x 20 cm menghasilkan
indeks luas daun yang lebih besar
dibandingkan dengan menanam bibit padi dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Pada
jarak tanam 15 cm x 15 cm mendapatkan infeksi gulma yang lebih banyak. Populasi
gulma yang padat dapat menghambat produksi tanaman padi (Ashraf et al., 2014).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Pengantar Teknologi Pertanian acara 4 “Penanaman Padi” dilaksanakan pada hari
Sabtu, 21 April 2018 pukul 09.00 – 11.30 WIB di Agroteknopark
Jubung-Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Tali rafia yang sudah diberi tanda jarak tanam yang
akan digunakan
2. Ajir
3.2.2 Bahan
1.
Bibit tanaman
padi
2.
Lahan sawah yang
telah
siap tanam
2.2
Pelaksanaan Praktikum
1.
Mengambil tali
rafia yang sudah diberi tanda sesuai jarak tanaman yang digunakan
2.
Membentangkan
tali rafia ke lahan
3.
Menanam bibit
padi sesuai dengan pola jarak tanam yang ditandai pada tali rafia.
4.
Menggeser tali
rafia ke arah belakang (menanam padi dengan pola mundur), sesuadah satu baris
tertanami semua.
5.
Menanami baris
berikutnya hingga seluruh lahan petak kelompok anda tertanami.
2.3
Variabel Pengamatan
1. Jarak tanam
Penentuan jarak
tanam diukur dengan penggaris dan ditandai pada tali rafia sesuai pola tanam
yang digunakan
2.
Jumlah populasi tanaman
Penentuan jumlah
tanaman ditentukan dengan menghitung jumlah populasi tanaman menggunakan rumus
2.4
Analisis Data
Data yang diperoleh
dari hasil pengamatan praktikum selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Penanaman
padi dilakukan dalam tiga bentuk atau pola jarak tanam yaitu pola konvensional,
pola jajar legowo 2 : 1 dan jajar legowo 4 :1. Penanaman padi diawali dengan
memebentangkan tali rafia yang telah dipersiapkan dengan ukuran dan tanda sesuai
dengan ketiga pola tanam. Tali rafia yang dibentangkan diikatkan pada ajir yang
berguna untuk batas tanam. Bibit padi yang telah dipersiapkan, diambil dan
ditanam pada lahan sawah yang telah diolah. Bibit padi yang ditanam dalam satu
lubang tanam berjumlah dua buah bibit padi. Penanaman dilakukan secara langsung
menggunakan tangan sehingga penanaman menggunakan perkiraan kedalam tanaman
padi sedalam 4 cm dari permukaan tanah.
Penanaman
padi juga dilakukan dengan melangkah mundur agar tanaman padi yang telah
ditanam tidak terinjak atau rusak saat kegiatan penanaman bibit. Tali rafia
yang semula berada garis depan dipindahkan kebelakang apabila proses penanaman
padi pada tanah sudah dirasa cukup jauh dari jarak awal mulainya. Penanaman
padi yang dilakukan secara mundur ini menyesuaikan atau meluruskan dengan tanda
yang ada pada tali rafia sehingga pola tanam yang dinginkan dapat tercapai.
Jumlah
lubang tanam setelah dilakukan penanaman tanaman padi pada lahan dengan luas
lahan 750 m2 didapatkan jumlah sebesar 2.343,75 atau 2.344 lubang
tanam. Pola jarak tanam konvensional yang digunakan untuk penanaman padi
menentukan jarak antar tanaman sepanjang 20 cm x 20 cm antara tanaman yang satu
dengan tanaman yang lainnya. Pola jarak tanam konvensional menghasilkan jumlah
populasi sebesar 4.607,5.
Pola
jarak tanam jajar legowo yang digunakan berupa jajar legowo 2 : 1 dan jajar
legowo 4 : 1. Pola jarak tanam jajar legowo 2 :1 dilakukan dengan menanam 2
barisan padi kemudian diselingi 1 barisan kosong dan jarak antar tanamannya
sepanjang 20 cm dengan jarak barisan pinggiran sepanjang setengah dari jarak
tanam antar tanaman yaitu 10 cm. Barisan kosong pada jajar legowo 2
: 1 sepanjang 40 cm yang didapatkan dari penambahan antara dua jarak tanam dari
sisi kanan dan kiri barisan yang kosong. Jajar legowo 2 :1 menghasilkan jumlah
populasi sebesar 6.248,3. Pola jarak tanam 4 : 1 dilakukan dengan menanam 4
barisan padi kemudian diselingi dengan 1 barisan kosong dengan jarak antar
tanaman sebesar 20 cm dan jarak saetiap baris pinggiran sebesar setengah dari
jarak antar tanaman yaitu 10 cm. Barisan yang kosong pada pola jarak tanam
jajar legowo 4 : 1 juga memiliki Panjang 40 cm yang didapat dari penambahan
jarak sisi kiri dan kanan dari barisan yang kosong. Pola jarak tanam jajar
legowo 4 : 1 menghasilkan jumlah populasi sebesar 5.625. Pemberian ruang jeda satu baris kosong tersebut
memberikan pengaruh yang nyata kepada anakan maksimum dan anakan produktif
(Misran, 2014).
BAB.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penamanan padi
dilakukan dengan tiga pola jarak tanam ynag berbeda menunjukkan hasil jumlah
populasi yang berbeda. Pola jarak tanam 2 : 1 jajar legowo lebih dianjurkan
dalam penanaman padi dilihat dari jumlah populasi tanaman ynag lebih banyak
daripada pola jarak tanam yang lainnya.
Jumlah populasi yang lebih banyak pada lahan petak sawah akan memberikan
potensi produksi yang lebih banyak juga. Hal
ini berbeda dengan hasil penelitian Satria dkk (2017) yang lebih menganjurkan
pola jarak tanam 4 : 1 dengan pesemaian benih terlebih dahulu.
5.2 Saran
Pengawasan sepanjang berlangsungnya praktikum perlu
ditingkatkan kembali agar parktikum yang dilakukan dapat berjalan dengan tertib
sesuai dengan kesempatan urutan setiap kelompok yang diberikan saat praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Ariyanto, E. F. A. L. Abadi, dan S. Djauhari. 2013.
Keanekaragaman Jamur Endofit Pada Daun Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dengan Sistem Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) dan
Konvensional di Desa Bayem, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. HPT, 1(2): 37-51.
Ashraf, U., S. A. Anjum, Ehsanullah, I. Khan, and M.
Tanveer. 2014. Planting
Geometry-Induced Alteration in Weed Infestation, Growth and Yield of Puddled
Rice. Pak. J. Weed Sci. Res., 20(1):
77-89.
Fusi,
A., J. Bacenetti, S. G. Garcia, A. Vercesi, S. Bocchi, and M. Fiala. 2014.
Environmental Profile of Paddy Rice Cultivation with Different Straw
Management. Science of the Total
Environment, 494(1): 119-128.
Misran. 2014. Studi Sistem Tanam Jajar Legowo Terhadap
Peningkatan Produktivitas Padi Sawah. Jurnal
Penelitian Peranian Terapan, 14(2) : 106-110.
Mitchell,
J., K. Cheth, V. Seng, B. Lor, M. Ouk, and S. Fukai. 2013. Wet Cultivation in Lowland Rice Causing Excess Water
Problems for The Subsequent
Non-Rice Crops in The Mekong Region. Field
Crops Research, 152(1): 57–64.
Ikhwani, G. R. Pratiwi, E. Paturrohman, dan A. K.
Makarim. 2013. Peningkatan Produktivitas Padi melalui Penerapan Jarak Tanam
Jajar Legowo. IPTEK Tanaman Pangan,
8(2): 72-79.
Sri,
M. D. 2013. Kiat Tingkatkan Produksi
Padi. Jakarta: TRUBUS.
Sugiono, D. dan N. W. Saputro. 2016. Respon
Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Genotip Padi (Oryza sativa L.) pada
Berbagai Sistem Tanam. Agrotek.
Indonesia, 1(2): 105-114.
Lita,
N.T., S. Soekartomo., B. Guritno. 2013. Pengaruh Perbedaan Sistem Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Lahan Sawah. Jurnal
Produksi Tanaman, 1(4) : 361-368.
Satria,
B., E. M. Harahap., Jamilah. 2017. Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Oryza
sativa L.) Melalui Penerapan Beberapa Jarak Tanam dan Sistem Tanam. Jurnal
Agroteknologi FP USU, 5(3) : 629- 637.